Uniknya Situs Pugungraharjo (Sejarah Lokal di Lampung)

Kompleks Batu Mayat di Situs Pugungraharjo Lampung
Kompleks Batu Mayat di Situs Pugungraharjo Lampung
Taman Purbakala Pugungraharjo yang terletak di Desa Pugungraharjo, Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Taman Purbakala Pugungraharjo merupakan  peninggalan nenek moyang  yang sampai pada kita, yang berasal dari tradisiMegalith dan Klasik dan berkembangnya Agama Islam. Adapun yang dimaksud dengan tardisi megalitik adalah merupakan salah satu jenis kebudayaan zaman Pra-sejarah, dimana nenek moyang kita belum mengenal tulisan-tulisan. Ciri dari tradisi megalitik adalah diwakili dengan alat-alat kehidupan yang terbuat dari batu-batu besar, misalnya: menhir, dolmen, kubur batu, keranda dll.
Sedangkan yang dimaksud dengan tradisi klasik adalah tradisi yang berlangsung setelah nenek moyang kita mendapat pengaruh kebudayaan Hindu/Budha. Kurun waktunya diperkirakan berlangsung dari abad ke VI sampai Abad XV Masehi ( ± 1.000 tahun lampau). Pengaruh Islam ini dibuktikan dengan diketemukan prasasti Dalung dan Batu Nisan.
Riwayat Penemuan
Taman Purbakala Pugungraharjo merupakan salah satu tempat di daerah Lampung yang mempunyai arti tersendiri bagi para arkeolog dan peneliti. Di tempat ini banyak dijumpai temuan-temuan yang berasal dari tradisi Megalitik, Klasik dan Islam.
Temuan benda-benda purbakala di situs Taman Purbakala Pugungraharjo ini berlangsung setelah adanya warga transmigrasi lokal dari desa Batanghari, Sekampung, yang tergabung dalam BRN (Biro Rekonstruksi Nasional) pada tahun 1954 dan jumlah warga transmigrasi pada waktu itu berjumlah 78 KK, yang sedang membuka hutan Pugung untuk tempat tinggal, pertanian, ladang dan sawah .
Desa Pugungraharjo dahulu masih merupakan hutan yang sangat lebat dan angker namanya hutan Pugung , setelah ber abad-abad ditinggalkan penghuninya. Nama desa Pugungraharjo sampai sekarang masih sulit diketahui asalnya, ada yang mengatakan bahwa nama tersebut diambil dari dua bahasa yaitu bahasa Lampung dan bahasa Jawa. Pugungraharjo berasal dari dua buah suku kata, Pugung dan RaharjoPugung dalam bahasa Lampung yang berarti “gunduk tanah”(tempat yang tinggi), Raharjo dalam bahasa Jawa yang berarti Sejahtera, Pugungraharjo berarti “gunduk tanah yang sejahtera”.
Salah seorang warga transmigrasi yang bernama Bapak Kadiran (alm) yang sedang menyangkul di ladangnya , cangkulnya membentur sebuah batu setelah digali ternyata berupa arca yang masih utuh pada waktu itu tanpa lapik (alas arca) , arca ini diketemukan di situs Punden No.VII , tak jauh dari lokasi itu juga diketemukan lapiknya (alas arca), tepatnya di temukan pada tanggal 14 Agustus 1954.
Dari penemuan tersebut oleh Kepala Desa/tokoh masyarakat setempat  dilaporkan ke Lembaga Purbakala Jakarta pada tahun 1957.
Riwayat Penelitian
Setelah menerima laporan pememuan tersebut, Lembaga Purbakala Jakarta mengadakan penelitian awal pada tahun 1968 dipimpin oleh Drs.Buchori, selajutnya pada tahun 1973 Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional bekerja sama  Pennsylvania Museum University dalam rangka pengumpulan data kepurbakalaan se-Sumatra melakukan pencatatan dan pendokumentasian kepurbakalaan di desa Pugungraharjo. Penelitian berikutnya dilakukan pada bulan Oktober 1975 dengan tujuan untuk menyusun Master pland daerah Lampung oleh Drs. Soekatno TW, penelitian ini berhasil membuat peta lokasi dan mengidintifikasi beberapa temuan.
Pada bulan Maret 1977 penelitian dilanjutkan oleh Drs.Haris Sukendar , penelitian kali ini makin meluas dengan diketemukan beberapa Batu Berlubang dan Batu Bergores . Pada tahun 1980 bulan april kegiatan penelitian dilanjutkan dengan ekskavasi (penggalian) pada situs kompleks Batu Mayat dengan membuka lima kotak galian , dari hasil serangkaian penelitian tersebut dapat    disimpulkan   bahwa    kompleks   megalitik Pugungraharjo meliputi luas ± 30 Ha yang dikelilingi oleh Benteng parit di sebelah Utara dan sungai disebelah Selatan.
Hasil Penemuan (Arkeologis)
Situs Kepurbakalaan Pugungraharjo sebagai kompleks megalitik , terletak du ketinggian 80 M di atas permukaan laut, pada koordinat 5° 1854´ LS dan 105° 3203’ BT, berdasarkan hasil penelitian Arkeologi di ketahui bahwa Situs Kepurbakalaan Pugungraharjo merupakan situs yang sangat unik dan menarik, ini dilihat dari hasil penemuaanya yang bigitu banyak  dan berada dalam satu areal / situs , dari zaman Prasejarah, Klasik (Hindu-Budha), hingga kurun Islam, ini jarang terjadi di daerah lain di Indonesia.
Artefaknya begitu luar biasa : seperti keramik asing dari berbagai dinasti , keramik lokal , jutaan manik-manik  dalam berbagai ukuran  bentuk maupun warna bahan dari batu , getah dan tanah liat. Dolmen, menhir, pisau, mata tombak, batu berlubang, batu lumpang, batu bergores, batu pipisan, batu asahan, kapak batu, batu trap punden gelang perunggu dsb. Fiturnya berupa Benteng-benteng parit yang memanjang dari Barat ke Timur sebagai pelindung pemukiman di dalamnya , sejumlah Punden baik besar maupun kecil.
Riwayat Pemugaran
Mengingat arti petingnya peninggalan peninggalan tersebut maka perlu diadakan penyelamatan dan pelestarian dengan diadakannya pemugaran situs tersebut , kegiatan pemugaran dilaksanakan pada tahun 1977 hingga purna pugar pada tahun 1984 dan diresmikan oleh Dirjen Kebudayaan RI Prof. DR. HARYATI SUBADIO, pada tanggal 10 Juli 1984.
Adapun Hasil Pemugaran :
  1. Enam buah Punden Berundak (teras berundak)
  2. Kompleks Megalitik Batu Mayat/Batu Kandang
  3. Kolam Megalitik
  4. Rumah Informasi (Site Museum)
  5. Jalan Setapak
  6. Tempat Parkir
  7. Tempat istirahat (shellter)
Lokasi dan Situasi.
Taman Purbakala Pugungraharjo terletak di desa Pugungraharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur  , Provinsi Lampung . Kompleks Taman Purbakala ini berada didaerah yang datar diketinggian 80 meter di atas permukaan air laut, tanahnya sangat subur , sejuk dan nyaman banyak dijumpai tanaman seperti kakao, lada, kopi, kelapa dan cabe jamu. Kompleks ini dikelilingi oleh sungai kecil yang bersumber dari mata air yang sangat jernih. Sehingga taman ini cukup sejuk, damai dan indah . Adapun route jalan yang dapat ditempuh untuk ke Situs Taman Purbakala Pugungraharjo dapat ditempuh melalui :
  1. Route   Bandar Lampung – Pugungraharjo : 50 Km
  2. Route Bandar Lampung melalui Kota Metro  ± 88 Km
Bukti Peninggalan BCB Situs Pugungraharjo :
Zaman Prasejarah :
Masa Prasejarah di Indonesia menurut Prof. DR. R. P. Soejono dibagi menjadi empat :
  1. Masa berburu tingkat sederhana (Paleolitik) ± 45.000 – 15.000
  2. Masa berburu tingkat lanjut atau biasa disebut Epipaleolitik (mesolitik) ± 6.500-2.000
  3. Masa bercocok tanam (neolitik) ± 4.500 – 2.500
  4. Masa perundagian (masa perunggu-besi) ± 2.500 – 2.000
A. Punden Berundak/Teras Berundak
Punden Berundak Pugungraharjo Lampung Timur
Punden Berundak Pugungraharjo Lampung
Punden Berundak/Teras Berundak di Situs Pugungraharjo di ketemukan di dalam benteng maupun di luas benteng, ukuran benteng ini bervariasi ada yang besar dan ada yang kecil dan ada yang berundak satu, dua dan tiga. Punden berundak ini termasuk hasil karya manusia pendukung tradisi megalitik yang dapat dikelompokkan ke dalam megalitik tua. Bangunan punden berundak ini tersebar di Indonesia bersama-sama dengan batu datar,dolmen dan menhir. Peninggalan-peninggalan tersebut di atas oleh Von Heine Geldern diperkirakan muncul bersama-sama persebaran beliung perseg pada masa neolitik. Ini berarti masa pendukung megalitik sekitar 2.500 tahun sebelum masehi, maka sudah barang tentu punden berundak di situs Pugungraharjo muncul pada masa-masa yang kemudian.
Punden berundak yang ada di situs Pugungraharjo ini menyerupai bentuk piramida ini mengingatkan kita kepada bentuk-bentuk bangunan pemujaan di Semeria (Laut Tengah) yang oleh penduduk setempat disebut Ziggurat,   melambangkan gunung suci. Kepercayaan semacam ini tampaknya dipegang oleh pendukung tradisi megalitik di Pugungraharjo,dimana punden berundak yang menyerupai gunung tersebut juga dianggap tempat yang suci, dan dianggap sebagai tempat bersemayan arwah nenek moyang. Munculnya punden-punden berundak yang berbentuk piramida ini dikarenakan dengan kondisi lahan di Pugungraharjo yang datar tanpa bukit maupun gunung, maka dibuatlah bangunan-bangunan punden yang menyerupai gunung untuk memperoleh tempat yang lebih suci untuk tempat pemujaan. Bahkan para ahli mengatakan bahwa cikal bakal Candi Borobudhur diilhami oleh bentuk punden berundak.
Di situs Pugungraharjo terdapat punden besar dan kecil ini mempunyai kaitan dengan fungsi dari punden berundak itu sendiri, punden berundak yang besar digunakan oleh kelompok pemujanya yang besar/banyak, sedangkan punden berundak yang kecil digunakan oleh kelompok pemuja yang terbatas atau sedikit.
Pada punden berundak yang dianggap paling suci (keramat) adalah bagian yang paling tinggi (atas). Sungguh merupakan keajaiban dan merupakan karunia yang perlu disyukuri bahwa jumlah punden berundak di situs Pugungraharjo ada 13 buah ini berada dalam satu kawasan situs, ini jarang terjadi di wilayah lain, namun sayang jumlah itu kini telah berkurang hanya tinggal 7 buah saja.
Fungsi dari Punden Berundak sebagai tempat untuk pemujaan kepada arwah nenek moyang (Teguh Asmar, 1975). Ada juga yang berpendapat sebagai kuburan seperti yang terdapat di Mingkik, dan makam Serunting Sakti (Van Der Hoop, 1932).
B. Benteng Tanah
Benteng tanah
Benteng Tanah Pugungraharjo Lampung
Yang dimaksud dengan benteng Tanah adalah gundukan tanah yang berbentuk kepersegian memanjang terdiri dari benteng dan parit salah satu sisinya berupa anak sungai sekampung (way sekampung), anak sungai sekampung yang biasa disebut denganSungai Pugung ini dapat berfungsi sebagai benteng juga , dan juga ada jalan masuk sebagai penghubung benteng. Ukuran benteng (gundukan tanah) Tinggi : 2 M – 3,5 M.
Pada bagian luar benteng terdapat parit yang cukup dalam dengan ukuran 3 M – 5 M . Maka dengan demikian jika ada masuh atau binatang buas yang akan masuk benteng akan sulit , dengan adanyan benteng tanah tersebut segi  keamanan relatif terjamin. Dengan digantikannya salah satu sisi benteng dengan sungai Pugung sudah dapat diduga bahwa keadaan sungai pada masa tradisi  megalitik sungainya sangat dalam dan deras, sehingga dapat mengantikan fungsi benteng. Fungsi dari benteng tanah sebagai tempat perlindungan/pertahanan dari gangguan binatang buas atau mungkin gangguan dari musuh antar kelompok suku.
C. Batu Berlubang, Lumpang Batu , Batu Bergores
Batu Berlubang di Situs Pugungraharjo Lampung Timur
Batu Berlubang di Situs Pugungraharjo Lampung
Temuan batu berlubang yang diduga merupakan alat upacara di sekitar sungai atau mata air di situs Pugungraharjo. Di sebelah barat dan timur situs juga diketemukan mata air dan batu berlubang, disebelah barat di sebuah mata air dan ditepi sungai kecil terdapat 4 buah batu berlubang dan sebuah batu bergores. Pada tepi sungai kecil sebelah selatan situs diketemukan sebuah batu berlubang dan sebuah lumpang batu. Pada bagian timur disebuah mata air diketemukan 10 buah batu berlubang dan sebuah lumpang batu. Tidak jauh dari tempat ini diketemukan pula 3 buah batu bergores dan sebuah lumpang batu. Temuan batu berlubang yang lain terdapat di dekat sebuah punden berundak di sebelah barat.Jumlah batu berlubang dan lumpang batu yang diketemukan di situs Pugungraharjo ialah batu berlubang 19 buah dan lumpang batu 2 buah, sedangkan batu bergores diketemukan sebanyak 4 buah.
Penamaan batu berlubang disini adalah untuk membedakan anatara jenis lumpang batu dan batu dakon. Lumpang Batu biasanya mempunyai garis tengah luar dan dalam yang lebih besar, pada tepinya terdapat tonjolan pinggiran ( pelipit) yang berfungsi untuk menahan biji-bijian yang ditumbuk, kadang-kadang juga mempunyai permukaan datar dan cekung. Sedangkan Batu berlubang / batu dakon dibentuk seperti dakon, dan biasanya terdiri dari sebuah batu dengan sebuah lubang atau lebih yang tidak teratur.
Batu Lumpang Pugungraharjo Lampung
Batu Lumpang Pugungraharjo Lampung
Adapun Fungsi/Kegunaan Batu Berlubang/Batu Lumpang adalah untuk memenuhi kebutuhan praktis yaitu untuk melumatkan sesuatu yang perlu dihaluskan, dan disamping itu juga ada hubungannya dengan upacara-upacara ritual kematian. Hal ini dapat dibuktikan dari temuan batu dakon/batu berlubang di tempat penguburan di Ciampea (Bogor) dan Matisih (Karanganyar-Solo) . (Teguh Asmar, 1975).
Batu Bergores di Situs Pugungraharjo Lampung
Batu Bergores di Situs Pugungraharjo Lampung
Batu bergores pada situs Pugungraharjo semua diketemukan di tepi sungai kecil dibagian selatan situs. Jumlah batu bergores yang diketemukan sebanyak 4 buah dan tidak jauh dari tempat batu berlubang. Bentuk batu bergores hanya berupa garis-garis lurus ini jelas menunjukkan karya tangan manusia. Adapun Fungsinya untuk memberikan kekuatan gaib terhadap senjata dengan cara mengasah pada batu tersebut.
D. Kapak Batu/Beliung
Kapak Batu di Situs Pugungraharjo Lampung
Kapak Batu di Situs Pugungraharjo Lampung
Pada masa berburu dan mengumpulkan tingkat sederhana atau disebut masa paleolitik mereka memanfaatkan keadaan alam secara penuh,  mereka sudah dapat membuat alat dalam bentuk sederhana dengan batu masif yang masih kasar. Alat batu masif seperti kapak perimbas, kapak penetak, kapak gemgam,dll. Masa berikutnya adalah masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masa ini disebut masa mesolotik atau epi paleolitik. Pendukung masa mesolitik sudah mengenal tempat tinggal walau sementara seperti ceruk-ceruk atau gua-gua.Mereka sudah dapat membuat alat-alat pisat dari batu,mata panah, mereka hidup dari menangkap ikam atau berburu.
Masa berikutnya adalah masa Neolitikum ini sudah menggunakan  alat-alat yang halus dan sudah digosok, seperti beliung, belincung ,pahat . Alat ini banyak diketemukan di wilayah Indonesia Timur ternasuk Lampung dan Jawa Barat
Kapak-kapak batu  masa Neolitikum  ini juga ada yang  diketemukan di desa Adiwarno Kecamatan Batanghari Lampung Timur dan desa Margajaya Kecamatan Kibang Lampung Selatan (dekat Kota Metro).
E. Kompleks Batu Mayat/Batu Kandang
Batu Mayat di Situs Pugungraharjo Lampung
Batu Mayat di Situs Pugungraharjo Lampung
Situs Batu Mayat berupa susunan batu tegak  dan batu datar yang berdenah persegi panjang, dengan bentuk seperti kandang. Oleh penduduk setempat batu yang seperti ini kandang ini disebut “batu mayat “. Pemberian nama batu mayat ini tampaknya didasarkan pada temuan menhir (batu tegak) yang berbentuk kemaluan laki-laki (phallus) yang pada waktu diketemukan dalam posisi roboh dan menyerupai mayat.
Sedangkan bersama-sama batu mayat diketemukan megalit-megalit yang lain seperti batu-batu tegak dan batu datar dan batu bergores. Maka disebut sebagai “Kompleks batu mayat”.
Dibagian tengah batu kandang berdiri sebuah batu tegak dibagian atas dipahatkan menyerupai cicin dan dibagian bawah juga ada pahatan melingkar, batu tegak inilah yang dimaksud menhir besar berbentuk phallus melambangkan kelaki-lakian (Lambang keperkasaan) diperkirakan bahwa obyek peribadatan terpusat pada menhir besar itu, dengan ukuran tinggi 205 Cm dan garis tengah 40 Cm.
Peninggalan berbentuk phallus ini juga diketemukan di kompleks megalit Jabung dan Gundukan tanah buatan di desa Sidomukti, Kecamatan Sekampung, Lampung Timur.
Dalam kepercayaan tradisi pendukung megalitik menhir biasanya dikaitkan dengan kekuatan gaib. Dengan diketemukan bentuk phallus di situs megalitik Pugungraharjo, dan pada masa berkembangnya pengaruh Hindu-Budha di Candi Sukuh (Jateng) jelas bahwa bentuk kemaluan laki-laki masih tetap memegang peranan sepanjang masa. Dengan penggambaran phallus ini diharapkan agar menhir berbentuk seperti itu mengandung kekuatan gaib yang lebih besar dan tegar dalam menolak bahaya yang merngancam. Tidak jauh dari letak menhir/phallus di sebelah selatannya terdapat batu bertuliskan huruf “T” ini melambangkan keseburan (wanita), dan disebelah barat terdapat batu datar/meja batu, sedangkan batu pendukung disekelingnya terdapat juga menhir-menhir kecil.
Fungsi dari Kompleks Batu Mayat adalah sebagai tempat upacara pemujaan yang berkaitan dengan pemujaan dan kesuburan.
Batu Huruf T di Situs Pugungraharjo Lampung
Batu Huruf T di Situs Pugungraharjo Lampung
Batu bertuliskan huruf “T” ini terletak di sebelah selatan batu menhir /batu mayat . Ini sebagai lambang kesuburan (wanita) dan juga sebagai arah mata angin Timur–Barat, melambangkan kehidupan manusia dari lahir hingga meninggal dunia. Tebuat dari jenis batu poros, warna coklat keabu-abuan.
Batu Altar/Datar di Situs Pugungraharjo Lampung
Batu datar ini mengambarkan simbol perempuan yang biasa disebut dengan dane-dane(Bahasa Nias). Terbuat dari jenis batu poros ini terletak disebelah barat batu menhir kompleks batu mayat.
F. Kolam Megalitik
Kolam Megalitik/Kolam Bertuah di Situs Pugungraharjo Lampung
Kolam Megalitik/Kolam Bertuah di Situs Pugungraharjo Lampung
Sebagaimana diketahui bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari air, begitu pula nenek-moyang kita dalam memeprtahankan hidup dan berraktivitas tidak bisa jauh dari air. Disinilah di kolam megalitik nenek moyang kita mengambil air untuk perlengkapan upacara ritual dan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Mengapa dinamakan kolam megalitik karena di dalamnya terdapat benda-benda megalitik seperti batu berlubang dan batu bergores.
Sebuah mitos yang masih berkembang sampai sekarang bahwa di kolam megalitik inilah Para Putri Ratu Pugung cuci mandi dan meramu serta mengambil air untuk kebutuhan ritual pemujaan. Dan sampai sekarang dipercayai air kolam megalitik ini merupakan air bertuah yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit dan membuat awet muda?
Dan di kolam megalitik ini bisa untuk terapi/kesehatan  dengan ‘Terapi Ikan’. Silahkan membuktikan sendiri tanpa dipungut biaya.
G. Manik-manik
Manik-Manik di Situs Pugungraharjo Lampung
Manik-Manik di Situs Pugungraharjo Lampung
Terbuat dari bahan kaca, getah, tanah liat , ini banyak sekali ditemukan di situs Pugungraharjo jumlahnya banyak sekali sampai jutaan biji, khususnya di di situs Punden Batu Bata. Fungsinya untuk  sebagai asoseris wanita dan perlengkapan upacara.
H. Peralatan Rumah Tangga
Batu Pengerik di Situs Pugungraharjo Lampung
Batu Pengerik di Situs Pugungraharjo Lampung
Peralatan rumah tangga yang terbuat dari batu andesit berupa : Batu Pipisan, Batu Pengerik, Sendok Batu dll. Fungsinya untuk meramu, menghaluskan biji-bijian.
Zaman Klasik/Hindu-Budha:
A. Arca Budhisatwa/Patung Putri Badariyah
Patung Archa Budha/Putri Badariah si Situs Pugungraharjo Lampung
Archa Budha/Patung Putri Badariyah di Situs Pugungraharjo Lampung
Diketemukan di salah satu punden di bagian paling timur situs Pugungraharjo punden No.VII oleh salah seorang warga masyarakat yang bernama Bapak Kadiran (Alm) , pada tanggal 14 Agustus 1957 . Arca ini nampaknya bersifat Budhis yang oleh masyarakat setempat dinamakan Patung Putri Badariyah . Arca ini terbuat dari bahan batu andesit , dengan posisi duduk diduga dengan sikap “Dharma Cakra Mudra” , dengan hiasan lengkap dengan lembaran-lembaran bunga lotus dan duduk di atas lapik berhiaskan bunga lotus.
Arca Bodhisatwa/Patung Putri Badariyah ini dengan bahan batu andesit, diketemukan pada tanggal 14 Agustus 1957, dengan ukuran: Tinggi: 91 Cm, Lebar: 35 Cm, Tebal: 22 Cm, Tebal lapik: 18 Cm, garis tengah Lapik: 61 Cm. Diperkirakan abad ke 12.
B. Arca Tipe Polinesia
Patung Polinesia di Situs Pugungraharjo Lampung
Patung Polinesia di Situs Pugungraharjo Lampung
Arca ini bertipe Polinesia,sebutan ini untuk membedakan patung yang bukan bergaya klasik. Patung ini diketemukan di Gunung Langkap oleh seorang warga yang bernama Bapak Abdul Rahman, pada tahun 1963. Patung ini terbuat dari batu andesit, dan dipahatkan dalam sikap duduk di atas lapik dengan memakai untaian kalung dan dibagian belakang pinggang terselip sebuah keris.
Ada sebuah mitos patung ini mempunyai keunikan tersendiri, kita ingat di Candi Borobudhur Jateng ada sebuah stupa yang di dalamnya ada patung dan barang siapa yang bisa memegang jari manis (kunto bomo) akan terkabul segala keinginannya. Begitu juga tentang patung Polinesia ini  barang siapa mengitung biji kalung ini sebanyak tiga kali dengan jumlah yang sama maka akan terkabul segala keinginannya.
C. Prasasti Bungkuk
Prasasti Bungkuk di Situs Pugungraharjo Lampung
Prasasti Bungkuk di Situs Pugungraharjo Lampung
Prasasti ini merupakan pendukukng bukti dari peninggalan zaman klasik (Hindu-Budha) setelah adanya penemuan artefak Batu Bata dengan angka tahun Jawa 1257 Saka atau 1335 M dan penemuan arca Bodhisatwa dalam sikap Dharmacakramudra yang oleh penduduk dikenal sebagai Putri Badariah. Situs Pugungraharjo benar-benar merupakan peninggalan yang unik dari zaman Prasejarah , klasik hingga berkembangnya Islam di derah Lampung Timur (DAS Sekampung) khusunya di Situs Pugungraharjo.
Dari Tiga penemuan ini barangkali tidak berlebihan kalau kita kaitkan dengan apa yang ditulis oleh Empu Prapanca dalam kitabnya Nagarakertagama (1365 M) , bahwa Kerajaan Lampung sebagai Mitreka Satata (sahabat sederajat) dari kerajaan Majapahit . Jadi sebelum tahun 1365 di  Lampung dalam hal ini di wilayah Jabung dan DAS Sekampung telah ada kerajaan yang berfaham Budha.
D. Keramik
Keramik/Guci di Situs Pugungraharjo Lampung
Keramik/Guci di Situs Pugungraharjo Lampung
Keramik yang diketemukan di situs Pugungraharjo sangatlah banyak ini tersebar hampir setiap situs jumlahnya hampir ribuan , ini membuktikan bahwa nenek moyang kita di Situs  Pugungraharjo telah melakukan perdagangan yang sangat luas mungkin berkaitan dengan kerjayaan Sriwijaya atau melakukan pelayaran yang lebih jauh lagi sampai ke negeri China.
Ini dibuktikan dengan sebaran keramik yang diketemukan di situs Pugungraharjo sangat banyak dan menyebar di setia situs sangat  luas dan ini dapat dilihat dari kronologi keramik dapat diketahui mulai dari abad ke 8 atau 9 hingga abad ke 17 M, ini ditandai dengan diketemukan keramik Tang, keramik yang paling muda yaitu keramik Ching.
Jumlah keramik terbanyak adalah keramik Sung dan Ming dari abad ke 10 sd abad ke 17 M. Ini juga menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan atau pelayaran nenek moyang kita di abad ke 10 s.d abad ke 17 M di kawasan Way Sekampung sangatlah ramai.
Namun sayang keramik yang tersisa dan yang utuh hanya beberapa saja, seperti Guci, Buli-buli, cepuk dan mangkuk. Barangkali banyak yang disimpan oleh masyarakat.
Zaman Berkembangnya Islam:
A. Prasasti Dalung
Prasasti Dalung di Situs Pugungraharjo Lampung
Prasasti Dalung di Situs Pugungraharjo Lampung
Prasasti ini terbuat dari lempengan tembaga dalam bentuk Piyagem hasil pembacaan dan terjemahan Suwedi Montana tahun 1993 . Piyagem ini milik Bapak Rusdi Dalem dari desa Bojong , Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur . Piyagem ini terdiri atas 32 baris kalimat dengan mencantumkan angka tahun 1102 H ( 1681 M )  bertuliskan huruf Pegon  ( arab gundul) dan berbahasa Jawa Banten .
Nama Sultan Banten tidak disebutkan dalam Piyagem , namun kronologinya bertepatan dengan masa akhir pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Isinya tentang perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Kesultanan Banten , yang mengatur berbagai macam hal seperti Hukum Laut dan Perdagangan .
Frahmen keramik China dari berbagai masa dinasti banyak sekali diketemukan di situs Pugungraharjo  Mulai abad ke 9 sampai dengan abad ke 17 .
Ini juga dapat membuktikan bahwa di Situs Pugungraharjo telah masuk Islam, diduga masuknya Islam ke Lampung Timur melalui sungai Way Sekampung dan di Way Sekampung (dekat Kotib Metro) diketemukan dua buah Medalion Sam Pho Khong.
B. Batu Nisan
Batu Nisan di Situs Pugungraharjo Lampung
Batu Nisan di Situs Pugungraharjo Lampung
Nisan ini ditemukan di sebelah Selatan situs Pugungraharjo pada tahun 1979 pada saat kegiatan pemugaran. Berbahan dari batu poros dengan ukuran lebar: 23,5 Cm, Tinggi: 63 Cm.
Berdasarkan temuan-temuan yang ada di situs Pugungraharjo maka jelaslah bahwa Situs Pugungraharjo merupakan situs pemukiman, ini dibuktikan dengan diketemukannya benda-benda sebagai sisa-sia aktifitas buat, pakai, buang di lahan yang tidak jauh dari Situs Batu Mayat. Ini menunjukkan bahwa disana pernah dihuni oleh sekelompok masyarakat dalam waktu cukup lama.  Nenek moyang kita percaya adanya kekuatan–kekuatan arwah/roh-roh yang dapat memberikan kehidupan terhadap masyarakat luas.
Mereka mengadakan pemujaan dengan sarana –sarana megalit yang dibangun di dalam benteng maupun di luar benteng. Sampai sekarang dimana dan bagaimana anggota masyarakat atau pimpinan mereka dikuburkan belum diketahui secara pasti. Sisa-sia dan tanda-tanda adanya penguburan tidak atau belum diketemukan sampai saat ini.
Pedukung budaya di situs Pugungraharjo telah dapat beradaptasi dengan lingkungan secara baik dan dapat memanfaatkan lingkungan untuk keperluan orang banyak. Keberadaan batu-batu besar, sungai-sungai, sumber mata air, tanah liat. Disamping itu mereka telah mengenal teknologi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sumber: Rumah Informasi Situs Pugungraharjo di Desa Pugungraharjo Kec. Sekampung Udik Kab. Lampung Timur, Lampung, Indonesia.